Alangkah banyak cerita yang dapat disampaikan rinai hujan.
Kisah tentang kekasih, perjumpaan, kehangatan. Seorang pengelana yang bertemu belahan jiwanya di bandara perhentian yang ramai. Kekasih yang berbagi kehangatan kala hujan deras mengetuk kaca jendela di luar.
Namun, ada pula cerita tentang perpisahan, kerinduan, dan kenangan. Seorang anak lelaki yang merindukan ibunya setiap kali hujan turun. Sahabat yang merelakan kekasihnya menempuh hidup baru. Seorang perempuan yang mengenang lelakinya dalam lukisan.
Di buku ini terhimpun sebelas cerita cinta dari delapan penulis. Pilihlah tempat untuk membaca. Siapkan secangkir kopi. Mulailah dari halaman mana saja. Dan bila kau mau menajamkan telinga, sayup-sayup akan terdengar derai halus hujan di latar belakang.
Selamat membaca.
.....
'Perempuan yang Melukis Wajah' merupakan buku kompilasi cerpen hasil dari tulisan karya @pasarsapi, @captainugros, @beradadisini, @fanabis, @hurufkecil, @mumualoha, @ndorokakung, dan @beginu. Ada sebelas cerita pendek dalam buku ini dan semuanya memiliki satu benang merah, yakni hujan. Sayangnya, ini mungkin saya aja yang error, tapi entah kenapa saya kurang bisa "nangkep" nuansa hujan-nya. Bahkan, kalau nggak ada kata 'hujan' di sampul buku, saya mungkin nggak bakalan sadar kalau benang merah dalam buku ini adalah hujan.
But, hey, that doesn't mean I couldn't enjoy this book. In fact, I like it!
Seluruh cerpen yang ada dalam buku ini membentuk suatu harmoni yang cukup apik, membuat buku ini pas banget dibaca di malam hari, sambil minum teh hangat, dan bergelung dalam selimut tebal! Meskipun ada satu-dua cerita pendek yang kurang menimbulkan kesan mendalam, namun hal tersebut nggak mengurangi kenikmatan saya dalam membaca buku ini kok. Dan yang cukup menarik perhatian saya adalah Hanny Kusumawati. Ia menyumbang cerpen dengan jumlah paling banyak--tiga buah--dan ketiganya langsung jadi favorit saya: 'Humsafar', 'Enam Jam', dan 'Yang Tertinggal'.
Judul buku sendiri diambil dari karya Karmin Winarta, bercerita tentang seorang wanita yang begitu mencintai pria pasangannya. Oh ya, saya juga suka dengan lay-out 'Perempuan yang Melukis Wajah' ini. Pas. Yang kurang adalah jumlah halamannya. Seandainya aja para penulis mengontribusikan lebih banyak karyanya. But, in the end, what matters is how you can get such a good personal experience from reading a book, right? Karena, bagi saya, membaca buku ini efeknya sama seperti ketika saya selesai mendengarkan album Battle Studies-nya John Mayer; rasanya kayak jatuh cinta, patah hati, lalu diselamatkan. Dan siklus itu terus berulang tiap saya membaca cerita pendek baru.
No comments:
Post a Comment