Judul: Looking for Alaska Penulis: John Green Penerbit: Speak Tebal: 221 halaman Tahun Terbit: (Edisi) 2012 Rating: 5/5 |
Paperback Synopsis:
Before. Miles "Pudge" Halter's whole existence has been one big nonevent, and his obsession with famous last words has only made him crave the "Great Perhaps" (François Rabelais, poet) even more. Then he heads off to the sometimes crazy, possibly unstable, and anything-but-boring world of Culver Creek Boarding School, and his life becomes the opposite of safe. Because down the hall is Alaska Young. The gorgeous, clever, funny, sexy, self-destructive, screwed-up, and utterly fascinating Alaska Young, who is an event unto herself. She pulls Pudge into her world, launches him into the Great Perhaps, and steals his heart.
Before. Miles "Pudge" Halter's whole existence has been one big nonevent, and his obsession with famous last words has only made him crave the "Great Perhaps" (François Rabelais, poet) even more. Then he heads off to the sometimes crazy, possibly unstable, and anything-but-boring world of Culver Creek Boarding School, and his life becomes the opposite of safe. Because down the hall is Alaska Young. The gorgeous, clever, funny, sexy, self-destructive, screwed-up, and utterly fascinating Alaska Young, who is an event unto herself. She pulls Pudge into her world, launches him into the Great Perhaps, and steals his heart.
After. Nothing is ever the same.
"Looking for Alaska" bercerita tentang seorang remaja laki-laki nerd bernama Miles "Pudge" Halter yang suka banget membaca buku biografi orang-orang terkenal (or not so famous) dan menghapalkan kata-kata terakhir mereka sebelum meninggal. Salah satu favoritnya adalah kata-kata terakhir dari seorang penyair bernama François Rabelais yang berbunyi 'I go to seek a Great Perhaps'. Selama hidupnya, Pudge merasa belum menemukan sesuatu yang hebat dan fantastik. Maka, demi menemukan great perhaps dalam hidupnya, suatu hari Pudge pun memutuskan untuk pindah ke sebuah boarding school bernama Culver Creek di Alabama, tempat yang sama di mana Ayahnya dulu pernah bersekolah. Di sana, ia pun bertemu dengan teman-teman yang akan mengubah hidupnya selamanya.
Sekilas, mungkin ringkasan cerita "Looking for Alaska" terdengar seperti novel-novel teenlit yang sering kita temui di berbagai toko buku. But, booooy, you're so wroooong! Lagi-lagi saya harus kasih standing applause seheboh-hebohnya pada John Green atas karakter-karakternya yang luar biasa di buku ini. Selain Pudge yang cukup nerd dan gawky, ada pula teman sekamar Pudge bernama Chip "Colonel" Martin yang, bisa dibilang, bertolak belakang dengan Pudge. Namun, hal tersebut justru yang membuat mereka seolah melengkapi satu sama lain. Ada pula Takumi, seorang murid asal Jepang yang sesekali mencuri spotlight sang tokoh utama karena kemampuan nge-rap-nya! And, last but not least, the gorgeus, attractive, smart, funny, sexy, bad-ass, and unforgettable Alaska Young. Interaksi yang terjadi di antara mereka terasa begitu nyata, membuat saya jadi pengin berteman dan ikut melakukan hal-hal seru bersama mereka!
John Green juga masih berhasil mengaduk-aduk emosi saya, dari senyam-senyum sampe mewek, dengan gayanya bercerita yang asyik, seru, dan begitu mengalir--sampai saya nggak sadar bahwa sudah membaca sekian halaman. Oh ya, buku ini juga memiliki banyak kata-kata keren yang relatable banget dengan kehidupan. Hebatnya, John Green lantas nggak terkesan menggurui. Saya bahkan memberi highlight pada beberapa bagian yang saya suka.
Menurut saya, "Looking for Alaska" merupakan buku yang ketika selesai dibaca, dapat menimbulkan senyum penuh haru - dan sedikit mewek - pada pembacanya. Ehm, well, at least that happened to me. Namun, di sisi lain, saya pribadi juga merasa lega dengan ending yang ditulis oleh John Green walaupun sejujurnya saya nggak merasa begitu penasaran dengan ending-nya. Saya bahkan sengaja membaca buku ini pelan-pelan karena nggak mau ceritanya berakhir dengan cepat. Dan ketika, mau nggak mau, saya sampai pada halaman terakhir, saya langsung merasa kayak kehilangan seorang teman. :( *sobs*
So, John Green, thank you so much for writing this book. Like what the "after" part said on your paperback synopsis; nothing is ever the same. And, yes, Mr. Green, my life will never be the same after I read your book. But, still, thank you. New books, please? :')
.....
"Looking for Alaska" bercerita tentang seorang remaja laki-laki nerd bernama Miles "Pudge" Halter yang suka banget membaca buku biografi orang-orang terkenal (or not so famous) dan menghapalkan kata-kata terakhir mereka sebelum meninggal. Salah satu favoritnya adalah kata-kata terakhir dari seorang penyair bernama François Rabelais yang berbunyi 'I go to seek a Great Perhaps'. Selama hidupnya, Pudge merasa belum menemukan sesuatu yang hebat dan fantastik. Maka, demi menemukan great perhaps dalam hidupnya, suatu hari Pudge pun memutuskan untuk pindah ke sebuah boarding school bernama Culver Creek di Alabama, tempat yang sama di mana Ayahnya dulu pernah bersekolah. Di sana, ia pun bertemu dengan teman-teman yang akan mengubah hidupnya selamanya.
Sekilas, mungkin ringkasan cerita "Looking for Alaska" terdengar seperti novel-novel teenlit yang sering kita temui di berbagai toko buku. But, booooy, you're so wroooong! Lagi-lagi saya harus kasih standing applause seheboh-hebohnya pada John Green atas karakter-karakternya yang luar biasa di buku ini. Selain Pudge yang cukup nerd dan gawky, ada pula teman sekamar Pudge bernama Chip "Colonel" Martin yang, bisa dibilang, bertolak belakang dengan Pudge. Namun, hal tersebut justru yang membuat mereka seolah melengkapi satu sama lain. Ada pula Takumi, seorang murid asal Jepang yang sesekali mencuri spotlight sang tokoh utama karena kemampuan nge-rap-nya! And, last but not least, the gorgeus, attractive, smart, funny, sexy, bad-ass, and unforgettable Alaska Young. Interaksi yang terjadi di antara mereka terasa begitu nyata, membuat saya jadi pengin berteman dan ikut melakukan hal-hal seru bersama mereka!
John Green juga masih berhasil mengaduk-aduk emosi saya, dari senyam-senyum sampe mewek, dengan gayanya bercerita yang asyik, seru, dan begitu mengalir--sampai saya nggak sadar bahwa sudah membaca sekian halaman. Oh ya, buku ini juga memiliki banyak kata-kata keren yang relatable banget dengan kehidupan. Hebatnya, John Green lantas nggak terkesan menggurui. Saya bahkan memberi highlight pada beberapa bagian yang saya suka.
Menurut saya, "Looking for Alaska" merupakan buku yang ketika selesai dibaca, dapat menimbulkan senyum penuh haru - dan sedikit mewek - pada pembacanya. Ehm, well, at least that happened to me. Namun, di sisi lain, saya pribadi juga merasa lega dengan ending yang ditulis oleh John Green walaupun sejujurnya saya nggak merasa begitu penasaran dengan ending-nya. Saya bahkan sengaja membaca buku ini pelan-pelan karena nggak mau ceritanya berakhir dengan cepat. Dan ketika, mau nggak mau, saya sampai pada halaman terakhir, saya langsung merasa kayak kehilangan seorang teman. :( *sobs*
So, John Green, thank you so much for writing this book. Like what the "after" part said on your paperback synopsis; nothing is ever the same. And, yes, Mr. Green, my life will never be the same after I read your book. But, still, thank you. New books, please? :')
Aku suka sama Colonel, merasa bersalah juga nih kak belum selesai baca Looking for Alaska. :| (just in case, it's @auliafina :p)
ReplyDeleteIni buku John Green keduaku, setelah TFiOs. Keseluruhan kurang suka sih. Kurang suka juga sama Alaska. hehe.. I think she's unbearably moody and annoying. I prefer Hazel Grace :)
ReplyDeleteAulia: I know it's you, of course! :p Kenapa belum selesai? Nggak kalah keren lho sama TFiOS. ;)
ReplyDeleteMarcelle: Aku suka aja sama gimana vulnerable-nya Alaska di balik eksteriornya yang ceria. Dan masih nggak terima kenapa dia "pergi" gitu aja. Hehehe. Thanks for reading, anyway! :)
Kalo ga mau buku ini berakhir dengan cepat berarti worth to read nih! *masukin wishlist aaaa*
ReplyDeletebeli novel looking for alaska dimana ya? di periplus gaada soalnya
ReplyDeleteAku titip temen yang di Jakarta, dia belinya di Kinokuniya. :)
ReplyDeleteudah bahasa indonesia belum? kira kira niat ada jualan online gak temennya? pengen banget baca iniii ><
DeleteDi Gramedia sekarang sudah ada yang versi terjemahan Bahasa Indonesia-nya, kok. ;)
Deletewahh. belum baca yang ini
ReplyDeletePenasaraaann..
ReplyDeleteAku baru beli kemaren versi bahasa indo nya di gramedia.. hihihi...
Semoga ga mengecewakan yaa...
You won't. Happy reading! :)
DeleteGue ga nyesel beli dan baca buku ini. Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari novel ini hhe
ReplyDeleteYesss, setuju! Dan twist di tengah ceritanya juga unpredictable (meskipun bikin nyesek) banget. :')
DeleteJohn Green = Pabrik Quotes
ReplyDeleteSumpah banyak banget bagian di 'Looking for Alaska' yang aku tebelin pake stabilo. Yang paling favorit: "..If people were rain I was drizzle and she was a hurricane." :')
I know I KNOOOW! That one is my favorite too! Suka juga sama yang, "If I look at my room, I see a girl who loves books." :')
Deleteaku punya bukunya, cuman covernya ga gitu
ReplyDeleteIya, emang ada beberapa versi cover kok. Kamu punya yang mana? :D
DeleteMungkin aku sedikit keluar dr pokok pembicaraan ya hehe, utk pribadiku yg ngena banget ya paper towns sma the fault in our stars gak tai kenapa sama beberapa buku dr john green yg selai tdi agak kurang ngena di hati. Mungkin aku mau nyoba buku yang lain dr beliau. Kalau kalian novel dr karangan mana aja yg ngena di hati selain mr greeb?
ReplyDeletePaper Towns dan TFiOS juga bikin aku baper, sih, tapi nggak seemosional setelah aku selesai baca Looking for Alaska. Aku sempet nggak bisa move on selama beberapa hari dari buku ini muahahahah. Coba baca buku-buku karangan Rainbow Rowell, itu juga bagus-bagus banget! :')
DeleteEh maksudku alaskanya mati kan? Kulupa deh
ReplyDeleteKamu spoiler sekaliiiiiii!!! :))
DeleteRelateable haha!
ReplyDelete