Judul: Kukila Penulis: M. Aan Mansyur Penerbit: Gramedia Pustaka Utama Tebal: 192 halaman Tahun Terbit: 2012 Rating: 3,5/5 |
Nak, dua hal aku benci dalam hidup: September dan pohon mangga. September tidak pernah mau beranjak dari rumah. Betah. Ia sibuk meletakkan neraka di seluruh penjuru. Di ruang tamu. Di ranjang. Di meja makan. Bahkan di dada.Batang pohon mangga tetap selutut persis prasasti batu. Ia berdiri mengekalkan dosa-dosa—dan dosa adalah pemimpin yang baik bagi penyesalan-penyesalan.
Kukila adalah perempuan itu, yang membenci September dan pohon mangga. Hidupnya didera rasa bersalah yang besar, kepada mantan suaminya, mantan kekasihnya, dan anak-anaknya. Kepada suratlah dia berbicara dan kepada pohon-pohonlah dia menyembunyikan masa lalu, karena rahasia, konon, akan hidup aman dalam batang-batang pohon.
Selain “Kukila (Rahasia Pohon Rahasia)”, di dalam buku ini ada dua belas cerita pendek lain, dikisahkan dalam kata-kata Aan Mansyur yang manis, bersahaja, kadang sedikit menggoda.
.....
M. Aan Mansyur menjadi salah satu dari sekian banyak orang yang membuat timeline Twitter saya terlihat lebih indah dan menarik dengan kata-kata yang ditulisnya melalui akun @hurufkecil. Maka ketika saya tahu bahwa Aan menulis buku kumpulan cerpen berjudul "Kukila", saya cukup excited. Judul yang cantik, begitu pikir saya saat itu. Dan kini, setelah saya selesai membaca buku ini, ternyata nggak hanya judul - dan cover-nya - saja yang cantik, tapi juga isinya! Bedanya, jenis cantik dalam tulisan di buku ini merupakan cantik yang agak nakal. Genit. Dan... ya, sedikit menggoda.
Kata-kata yang digunakan oleh Aan terasa hidup. Gaya bahasanya cenderung formal dan puitis, namun nggak membuat saya kesusahan untuk memahami setiap ceritanya kok. Malahan, saya justru menikmatinya karena setiap cerita terasa begitu mengalir meskipun memang ada satu atau dua cerpen yang kurang berkesan bagi saya. Tapi saya harus kasih applause atas kemampuan Aan dalam menciptakan twist di beberapa cerpen yang sempat bikin saya bengong sesaat ketika selesai membacanya, seperti dalam cerpen berjudul "Celana Dalam Rahasia Terbuat dari Besi" yang menjadi salah satu favorit saya selain "Membunuh Mini", "Aku Selalu Bangun Lebih Pagi", dan "Lima Pertanyaan Perihal Bakso". Oh ya, ada juga cerpen yang sebelumnya sudah pernah muncul di buku kumpulan cerpen "Perempuan yang Melukis Wajah", yaitu "Hujan. Deras Sekali.".
Sedangkan judul buku sendiri diambil dari cerpen dengan judul yang sama; "Kukila". Sebuah cerita yang tidak pendek, sebenarnya. Dan entah kenapa cerita ini kurang nancep di hati saya, padahal harus saya akui bahwa permainan alurnya keren, bikin saya harus benar-benar konsentrasi ketika membacanya agar paham dengan cerita yang disampaikan. Nah, saya termasuk orang yang kurang suka menaruh konsentrasi terlalu dalam ketika membaca karena takut cepat bosan. Hebatnya, saya nggak mengalami tuh yang namanya bosan selama membaca "Kukila" - maupun cerpen-cerpen lainnya. But, still, cerpen "Kukila" kurang membekas buat saya. Maaf ya, Aan...
Pada akhirnya, menurut saya, "Kukila" merupakan sebuah buku yang well-written. Cocok banget dibaca di sore hari menjelang senja, di beranda rumah. Good job, Aan! Saya request novel untuk buku yang ditulis selanjutnya, ya! ;)
Kata-kata yang digunakan oleh Aan terasa hidup. Gaya bahasanya cenderung formal dan puitis, namun nggak membuat saya kesusahan untuk memahami setiap ceritanya kok. Malahan, saya justru menikmatinya karena setiap cerita terasa begitu mengalir meskipun memang ada satu atau dua cerpen yang kurang berkesan bagi saya. Tapi saya harus kasih applause atas kemampuan Aan dalam menciptakan twist di beberapa cerpen yang sempat bikin saya bengong sesaat ketika selesai membacanya, seperti dalam cerpen berjudul "Celana Dalam Rahasia Terbuat dari Besi" yang menjadi salah satu favorit saya selain "Membunuh Mini", "Aku Selalu Bangun Lebih Pagi", dan "Lima Pertanyaan Perihal Bakso". Oh ya, ada juga cerpen yang sebelumnya sudah pernah muncul di buku kumpulan cerpen "Perempuan yang Melukis Wajah", yaitu "Hujan. Deras Sekali.".
Sedangkan judul buku sendiri diambil dari cerpen dengan judul yang sama; "Kukila". Sebuah cerita yang tidak pendek, sebenarnya. Dan entah kenapa cerita ini kurang nancep di hati saya, padahal harus saya akui bahwa permainan alurnya keren, bikin saya harus benar-benar konsentrasi ketika membacanya agar paham dengan cerita yang disampaikan. Nah, saya termasuk orang yang kurang suka menaruh konsentrasi terlalu dalam ketika membaca karena takut cepat bosan. Hebatnya, saya nggak mengalami tuh yang namanya bosan selama membaca "Kukila" - maupun cerpen-cerpen lainnya. But, still, cerpen "Kukila" kurang membekas buat saya. Maaf ya, Aan...
Pada akhirnya, menurut saya, "Kukila" merupakan sebuah buku yang well-written. Cocok banget dibaca di sore hari menjelang senja, di beranda rumah. Good job, Aan! Saya request novel untuk buku yang ditulis selanjutnya, ya! ;)
No comments:
Post a Comment