Monday, July 30, 2012

Review: Sekeping Tanda - Andi Wirambara

Judul: Sekeping Tanda
Penulis: Andi Wirambara
Penerbit: Indie Book Corner
Tebal: 164 halaman
Tahun terbit: 2011
Rating: 4/5
Sinopsis:
"Katanya, dulu ada gadis SMA yang senang nonton ke bioskop. Dia semata wayang, mungkin karena itu orang tuanya jadi over protektif padanya. Khawatir dengan nilai dan pergaulannya jika suka keluar menonton. Orang tuanya melarangnya pergi ke bioskop. Tapi gadis ini sering kabur dan mencuri kesempatan menonton. Hingga akhirnya orang tuanya tahu, marah besar dan ia kabur. Namun ia ditabrak mobil sewaktu menyebrang jalan dan tewas. Konon, ia suka menampakkan diri di bangku belakang bioskop-bioskop. Entah kenapa," Nada justru bercerita.

"Lalu, buat apa kamu cerita?" Pikiranku sudah kemana-mana, mengkait-kaitkan logika dengan tiap prakiraanku terhadapnya. Ia tersenyum lagi, tak menjawab. 

.....

Sejujurnya, saya kurang begitu suka baca buku kumpulan cerpen. Cerita pendek, saya suka. Tapi buku kumpulan cerita pendek? Nggak tau kenapa saya kurang tertarik. Buku kumpulan cerpen atau fiksi yang saya punya cuma yang karangannya Sitta Karina dan Dewi Lestari aja. Tapi, pas ke Gramedia Tunjungan Plaza hari Sabtu lalu, saya lihat buku ini. Awalnya saya kira itu novel, makanya saya tertarik untuk membawanya ke kasir lalu menukarkannya dengan sejumlah uang.

Begitu saya buka, saya ngerasa agak kecewa karena ternyata buku ini merupakan sebuah kumpulan cerita pendek. Tapi... akhirnya saya malah jadi suka. Banget.

Buku berjudul 'Sekeping Tanda' yang berisi lima belas cerita pendek ini merupakan karya dari Andi Muhammad Era Wirambara. Diawali dengan 'Nalia' yang berkisah tentang perjuangan mendapatkan cinta seseorang dengan menggunakan analogi medali, dan diakhiri dengan 'Di Antara Hujan Lalu', sebuah kisah tentang seorang cowok yang mendadak teringat dengan perjalanan hatinya di masa lalu, padahal saat itu ia sedang berantem dengan sang pacar.

Kisah favorit saya adalah Patung Taman, Bangku Belakang Bioskop, Puisi - Mati, Di Antara Hujan Lalu--ah saya suka hampir semuanya! Saya suka gaya bahasa dan diksi yang dipilih Bara dalam cerpen-cerpennya. Puitis. Manis. Romantis. Ide-idenya juga sederhana namun dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi luar biasa dan penuh kejutan. Semua cerpen dalam buku ini mengandung unsur cecintaan, tapi nggak semua berakhir manis, ada pula yang tragis dan bernuansa dark seperti 'Desing' dan 'Puisi - Mati'. Selain itu, dalam beberapa cerpennya, diselipkan puisi-puisi yang menurut saya cantik. Menarik.

Sayangnya, di dalam beberapa halaman, ada tulisan yang cetakannya kurang jelas, seperti dipaksa cetak padahal tintanya habis. Cukup mengganggu, sih, tapi nggak mengurangi rasa exciting saya untuk terus membaca buku ini hingga halaman terakhir. Beneran deh, buku ini layak banget dibaca. Selalu ada lesson learned di setiap cerpennya. Good job untuk Bara! Semoga nggak ada lagi hal-hal teknis mengganggu di cetakan selanjutnya. Saya nunggu karya kamu selanjutnya!

Dan, pada akhirnya, buku kumpulan cerita pendek saya bertambah. Saya sama sekali nggak menyesal sudah membeli dan membaca buku ini.

No comments:

Post a Comment