Thursday, May 3, 2012

Review: Satin Merah - Brahmanto Anindito & Rie Yanti

Judul: Satin Merah
Penulis: Brahmanto Anindito & Rie Yanti
Penerbit: GagasMedia
Tebal: 314 halaman
Tahun terbit: 2010
Rating: 4/5
Sinopsis:
Satu-satunya cara untuk membuat Nadya merasa dirinya berharga dan ‘terlihat’ adalah dengan selalu berprestasi. Tapi seiring waktu berlalu, dia mendapati sinarnya kian memudar. Nadya tak ingin terlupakan. Dia merasa harus membuat gebrakan prestasi untuk membuat pujian dan tatapan kagum kembali tertuju padanya.

Lomba bergengsi se-Bandung Raya inilah kartu As-nya.

Awalnya, ambisi itu terasa tak berbahaya. Dia melebur di dalam diri Nadya—membuatnya kuat, memberinya semangat. Nadya tidak menyadari perasaan itu menekan dirinya begitu rupa, membuatnya menjadi seseorang yang benar-benar berbeda.

Tapi sayang, sebelum Nadya berhasil mengendalikan diri, satu orang keburu mati karenanya….

.....

Novel ber-genre mistery-thriller yang ditulis oleh Brahmanto Anindita dan Rie Yanti ini bercerita tentang seorang anak SMA bernama Nadya yang mempunyai ambisi untuk merebut kembali perhatian para guru di sekolahnya, orangtua, dan adik perempuannya, Alfi. Ia pun memutuskan untuk mengikuti Pemilihan Pelajar Teladan Se-Bandung Raya.

Agar lolos dalam tahap selanjutnya, Nadya diharuskan untuk membuat karya tulis dengan tema bebas. Ia pun memutuskan memilih tema 'Sastra Sunda', karena dirasanya menarik dan berbeda dari yang lain. Tema itu pun mempertemukannya dengan para sastrawan Sunda, seperti Yahya Soemantri, Didi Sumpena, Nining, dan Lina.

Awalnya, semua berjalan lancar. Nadya begitu senang mendapatkan tentor-tentor cerdas yang dapat membantu menuntaskan karya tulisnya. Namun, cerita menjadi rumit ketika Yahya mendadak hilang secara misterius, lalu muncul sebuah karya sastra Sunda yang gaya penulisannya mirip dengan Yahya. Tak lama kemudian, dengan tak kalah misteriusnya, Didi juga menghilang dan sebuah tulisan dengan ciri khasnya pun muncul. Misteri itu pun masih berlanjut ketika Nining dikabarkan meninggal karena terkena racun sianida yang tercampur dengan secangkir kopi yang ia minum.

Yang membuat 'Satin Merah' ini berbeda adalah genre misteri yang diangkat di tengah-tengah maraknya novel roman. Secara pribadi, saya jadi merasa seperti seorang detektif yang sedang mengungkap suatu kasus ketika membaca novel ini. Dan, meskipun kedua penulis mengangkat 'Sastra Sunda' sebagai latar belakang cerita, novel ini tetap asyik untuk dibaca dan sama sekali tidak membosankan.

Selain itu, 'Satin Merah' juga seakan mengingatkan kita kepada berbagai macam sastra dan budaya dari daerah lain yang nasibnya sama seperti Sastra Sunda. Hampir punah!

Jadi, apa sebenarnya 'Satin Merah' itu?

Seperti kata kedua penulis dalam buku ini: jangan berhenti membaca runut ceritanya, hingga Anda tahu apa arti 'Satin Merah' sebenarnya.

No comments:

Post a Comment