Saturday, September 15, 2012

Review: The Not So Amazing Life of @aMrazing - Alexander Thian

Judul: The Not So Amazing Life of @aMrazing
Penulis: Alexander Thian
Penerbit: GagasMedia
Tebal: 228 halaman
Tahun Terbit: 2012
Rating: 4/5
Paperback Synopsis:
Bapak itu merogoh kantong celananya, lalu mengeluarkan bergepok-gepok uang. 

"Nih! Sekian belas juta!" 

Bahkan setelah menghitung sekian belas juta, sisa uang di tangan Bapak itu masih banyak. Fakta bahwa bajunya lusuh, serta handphone lamanya buluk segera terlupakan. Rupanya Bapak ini orang tajir yang tak tahu cara berdandan serta belum melek teknologi. Gue lagi-lagi salah menilai. Terkadang manusia memang hanya memandang penampilan luar. Menghakimi bahwa sebuah buku pasti jelek isinya hanya karena cover yang buruk. 

Berlama-lama si Bapak mengagumi handphone terbarunya. Setelah puas, ia kembali bertanya hal yang paling penting.

"Dek, gimana cara main Fesbuk? Terus, internet itu apa, sih?"

.....

'The Not So Amazing Life of @aMrazing' (TNSALOA) merupakan buku solo perdana Alexander Thian, berisi tentang kumpulan kisahnya saat masih bekerja menjadi seorang penjaga konter handphone di sebuah mal di bilangan Jakarta Selatan. Lah, apa hubungannya @aMrazing sama Alexander Thian? Bagi yang doyan main Twitter, kemungkinan besar pasti tau, deh, kalau @aMrazing merupakan nama akun Twitter milik Alex. Saya sendiri udah follow Alex sejak kurang-lebih dua tahun lalu dan belum pernah sekali pun terbersit keinginan untuk pencet tombol unfollow. Saya bahkan sering scrolling timeline Twitter Alex sebelum tidur, saking seru dan banyak banget hal yang bisa saya temuin di sana. :p

Sebenarnya nama Alex sudah pernah muncul di buku The Journeys dan Cerita Sahabat sebagai salah satu penulisnya. Dan saya suka dengan gaya menulisnya yang ringan, ceplas-ceplos, dan begitu menyenangkan. Makanya, ketika suatu hari Alex nge-twit bahwa dia mau merilis buku perdananya, saya cukup excited. Dan kini, setelah saya selesai membaca TNSALOA, saya harus bilang bahwa judul yang dipilih kurang pas, karena menurut saya hidupnya Alex - dan buku ini - tuh amazing banget!

Gaya Alex bercerita tentang pengalaman-pengalamannya selama menjadi penjaga konter handphone bikin saya hanyut dalam kisahnya; dari mulai ikutan sebel, ketawa-ketawa, sampai ngerasa terharu. Tapi, yang paling saya suka adalah bagaimana kisah-kisah Alex bisa "menyentil" dan menyadarkan saya tentang hal-hal penting yang sering luput dari perhatian. Hebatnya, tulisan Alex lantas nggak terkesan menggurui. Selama membaca TNSALOA, saya malah ngerasa kayak lagi dengerin temen yang curhat. Salah satu kisah yang cukup membekas bagi saya adalah 'Don't Judge the Heart by the Look', bercerita tentang bagaimana salah satu pelanggan di konter handphone Alex membuatnya sadar bahwa ada mata lain yang harus dilibatkan dalam melihat segala hal, yakni mata hati.

Sayangnya, menurut saya halamannya kurang tebel, nih. Ceritanya kurang banyak, padahal Alex berhasil membuat buku yang ringan, menghibur, namun sarat makna. Good job, Alex! Saya nunggu buku-buku selanjutnya, ya! ;)

Monday, September 10, 2012

Review: Taste Buds - Yunus Kuntawi Aji & Kinsia Eyusa Merry

Judul: Taste Buds
Penulis: Yunus Kuntawi Aji & Kinsia Eyusa Merry
Penerbit: PT WahyuMedia
Tebal: 170 halaman
Tahun Terbit: 2012
Rating: 3,5/5
Paperback Synopsis:
―HEADLINE―
Radityo, wartawan tercepat dalam melaporkan kasus pembunuhan. Rekor tercepatnya adalah sepuluh detik. Tepat setelah sang pembunuh melibas leher korban, ia berada di sana. Saat itu, ia melihat pembunuhnya lari sambil membawa harta benda korban.

Motif standar pembunuhan adalan masalah ekonomi. Tugasnya sebagai wartawan adalah meliput kasus pembunuhan. Ia justru berharap korban segera mati meskipun meronta-ronta meminta diselamatkan olehnya.

―JENUH―
"Oh tidak, tidak. Manda, kayaknya kita mulai garing deh pake bahasa kayak gini, hahaha. Ehem, oke.

Keinginan saya adalah sekiranya Anda tidak keberatan, apakah Anda bersedia bangun pagi melihat saya lagi? Makan pagi bersama saya lagi. Pulang kantor yang nongol muka saya lagi. Shalat berjamaah imamnya saya lagi. Menerima kado ulang tahun dari saya lagi. Mengurus anak bersama saya lagi. Memasak bersama chef andal, yaitu saya lagi. Sampai tua, duduk di kursi goyang, ditemani saya lagi. Saya lagi dan saya lagi."
.....

'Taste Buds' merupakan sebuah buku 26 kumpulan cerita pendek yang ditulis oleh Yunus Kuntawi Aji dan Kinsi Eyusa Merry. Bagi yang sering dan doyan berkelana di dunia Tumblr, kemungkinan besar pasti udah nggak asing lagi dengan mereka berdua yang, menurut saya, bisa dibilang sebagai seleb Tumblr Indonesia. :p Dari sekian banyak orang yang follow Tumblr mereka, bisa dibilang saya ini merupakan silent reader, alias nggak pernah mengirim message atau ikutan ngasih komentar di postingan mereka. Sejujurnya saya bahkan follow akun Tumblr mereka baru-baru ini meskipun sebelumnya sudah cukup sering mampir di akun mereka. *ketahuan kepo-nya* Hehehe.

Sebelumnya saya sudah pernah baca tulisan Kinsy dalam beberapa cerita pendeknya, dan saya suka dengan gaya menulisnya yang ringan dan kasual. Sebaliknya, walaupun belum pernah baca tulisan Yunus, tapi dari caranya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang masuk ke Tumblr-nya, gaya menulisnya terkesan lebih kaku, formal, dan puitis. Makanya, saya cukup penasaran dan excited ketika tau bahwa mereka berkolaborasi untuk membuat buku.

Dan ternyata apa yang ditulis di cover ini bener, lho, bahwa 'Taste Buds' merupakan suatu buku 'kumpulan cerita pengaduk rasa'. Buku ini diawali dengan cerpen berjudul 'Headline" yang ditulis oleh Yunus, dilanjutkan oleh tulisan Kinsy berjudul 'Oalaaah, Anak Ini...', lalu tulisan Yunus lagi, dan terus bergantian seperti itu hingga cerpen terakhir Kinsy yang berjudul 'Raca' menjadi penutup buku ini. Nah, hal tersebut lah yang membuat saya ngerasa kayak lagi naik mobil di jalan yang nggak rata. Semacam terombang-ambing - but in a good way! Setelah serius membaca cerpen-cerpen Yunus yang terkesan lebih berat (sering muncul twist!), dark, dan bahkan ada pula yang ber-genre thriller, saya seolah diajak meng-cooling down-kan diri dengan cerpen-cerpen Kinsy yang lebih simpel dan sering bikin senyum-senyum sendiri saking sweet-nya.

Saya juga suka dengan pesan-pesan tersirat yang muncul dalam cerpen-cerpen di buku ini, tentang hal-hal kecil di sekitar kita yang mungkin luput dari perhatian dan patut untuk direnungkan, seperti dalam cerpen Yunus berjudul 'Semoga Ini Bukanlah Tulisan yang Tergesa-Gesa'. Cerpen yang menjadi salah satu cerita favorit saya tersebut seolah ingin menyadarkan bahwa, tanpa sadar, sebenarnya kita hidup di dunia yang serba tergesa-gesa. Maunya, kalau bisa, yang instan aja.

Atau bisa juga dalam salah satu cerpen Kinsy favorit saya berjudul 'Bangga', menceritakan tentang bagaimana rasa sayang seorang anak terhadap sang ayah. Selain dua judul tersebut, beberapa cerpen yang menjadi favorit saya adalah 'Headline', 'Jenuh', 'Pasangan yang Sempura', 'Percayalah, Cerita Ini Pun Sebuah Karya Fiksi!', 'Bertanya', 'One Letter of Dull', 'Pagar', 'Siapa yang Gila?', ' Dabria Clarina', dan 'Raca'.

Well, menurut saya, buku ini cukup unik karena dua gaya penulisan yang sama sekali berbeda. Kalau misalkan buku ini hanya ditulis oleh Yunus atau Kinsy aja, saya nggak yakin efek membacanya bakal sama. But, still, 'Taste Buds' is very worth to read, terutama bagi yang ingin mendapatkan pengalaman baru dalam membaca. Oh ya, yang mau baca berbagai tulisan mereka yang lain, bisa ke akun Tumblr-nya Kinsy atau punya Yunus. Happy reading!

Friday, September 7, 2012

Review: After School Club - Orizuka

Judul: After School Club
Penulis: Orizuka
Penerbit: Bentang Belia
Tebal: 240 halaman
Tahun Terbit: 2012
Rating: 4/5
Book Synopsis:
Aneh, Ajaib, Norak. Tiga kata itu pas untuk menggambarkan penghuni kelas After School. Kelas ini juga dianggap sebagai kelas anak-anak “bodoh” oleh seluruh warga sekolah. Gara-gara nilai Fisikanya jeblok dua kali berturut-turut, Putra harus masuk kelas itu. Ini jadi aib yang serius bagi Putra yang terkenal cool dan populer. Apalagi kalau ayahnya yang angker dan penuntut sampai tahu, bagaimana dia menjelaskannya?

Tiap hari Putra harus tahan banting menghadapi keusilan anak-anak After School. Ditambah lagi, Cleo, ketua genk After School diam-diam menyukainya. Keusilan anak-anak After School meningkat dua kali lipat demi membantu Cleo PDKT.

Bencana bagi Putra seakan jadi bertumpuk-tumpuk. Musibah apa lagi setelah ini?

.....

After School Club adalah kelas tambahan yang diadakan setelah jam sekolah usai bagi para murid kelas X dengan nilai kurang. Kelas tersebut dikenal oleh sebagian besar warga sekolah sebagai tempatnya orang-orang bodoh - atau, mereka bilang, dodol. Putra, seorang cowok yang dikenal cool dan populer, terpaksa harus masuk ke kelas After School karena nilai sekolahnya menurun. Pada awalnya, Putra merasa sangat enggan untuk masuk ke kelas tersebut karena menurutnya hal itu sangat memalukan, terlebih ketika ia mengetahui bahwa anak-anak After School ternyata begitu aneh dan usil setengah mati. Belum lagi kalau ayahnya yang otoriter tahu, bagaimana ia harus menjelaskannya? Namun, seiring berjalannya waktu dan banyaknya hal-hal yang Putra lakukan bersama anak-anak kelas After School, pikirannya mulai berubah dan ia jadi betah. Putra tidak pernah menyangka bahwa hidupnya yang dirasa membosankan akan menjadi lebih berwarna karena kelas After School tersebut.

Hanya melihat dari judul dan cover-nya aja, saya tau bahwa "After School Club" merupakan novel teenlit, jadi saya nggak menaruh ekspektasi apa-apa. Dan hasilnya... nggak mengecewakan! Awalnya, saya mikir kalau orang seumuran saya udah nggak pantes baca teenlit. Kalau baca, pun, saya pasti bakal ngasih berbagai komentar sinis tentang betapa labilnya para ABG ini *sok tua*. Tapi... ternyata saya menikmati banget, lho, bacanya! Dan nggak ada satu komentar sinis pun yang keluar dari mulut saya. Malahan, saya jadi sering senyum - bahkan ketawa - ketika membaca berbagai perilaku khas anak SMA yang lucu, seru, nyebelin, dan... bikin kangen.

Sesuai dengan kebanyakan tema yang diangkat oleh novel teenlit, "After School Club" pun mengangkat tema serupa, yakni berkisar antara persahabatan, sekolah, keluarga, dan dibumbui dengan percintaan khas anak SMA. Adegan-adegan yang disuguhkan nggak terkesan dilebih-lebihkan; saling mengolok, ngejodohin temen, ngerjain guru, dan lain-lain. Dialognya juga mengalir lancar. Namun, hal yang lumayan mengganggu di pikiran saya, yaitu tentang Cleo yang menyukai Putra. Walaupun ditulis di sinopsis bahwa Cleo diam-diam menyukai Putra dan cewek itu diceritakan suka menggoda dan mengusili Putra, tapi saya nggak bisa lihat di mana tanda-tanda rasa suka Cleo terhadap Putra. Mungkin adegannya bisa ditambah  dengan Cleo yang deg-degan setiap kali melihat cowok itu atau Cleo yang memikirkannya setiap malam atau... yah, apapun lah.

Sedangkan, mengenai karakter, saya cukup puas. Kalau dipikir-pikir lagi, saya memang selalu puas terhadap karakter-karakter lovable yang diciptakan Orizuka di buku-bukunya; mulai dari Ares di 'Summer Breeze'; the fantastic four Sid, Rama, Lando, dan Cokie di 'High School Paradise', Nino di 'Our Story', sampai Juna di 'With You'. Karakter Putra sendiri menurut saya kayak campuran dari nggak pekanya Sid, sweet-nya Rama, dan juteknya Lando. Sedangkan Cleo mengingatkan saya dengan Julia di HSP, rame dan usil banget soalnya! Yang juga cukup menarik perhatian adalah karakter Mario dan Ruby, duo maut di Kelas After School yang tingkahnya selalu bikin ketawa saking bodoh dan lucunya.

Menurut saya, Orizuka kembali berhasil membuat novel teenlit yang santai, nggak rumit, dan nggak menye-menye. Nggak perlu berpikir keras untuk menikmati buku ini, just let the story flows. Oh ya, saya juga suka dengan pembatas bukunya yang kecil nan lucu. Good job, Orizuka! Saya nungguin karya-karya selanjutnya, ya! ;)